Menuju Indonesia Emas 2045, peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) di sektor perkebunan menjadi kunci penting yang harus segera diwujudkan. Menjawab tantangan ini, Universitas Terbuka (UT) sebagai perguruan tinggi negeri dengan sistem pendidikan terbuka dan jarak jauh, bersiap memainkan peran strategis untuk mendukung pemerataan pendidikan dan mencetak SDM unggul di bidang perkebunan sawit.Mulai tahun ajaran 2026, UT akan menjadi salah satu kampus penyelenggara Program Beasiswa SDM Sawit, sebuah langkah nyata untuk memperluas akses pendidikan bagi anak-anak petani dan pekerja sawit di seluruh pelosok Indonesia tanpa harus meninggalkan kampung halaman.
Gagasan kolaborasi ini mengemuka dalam pertemuan antara Dewan Pimpinan Pusat Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (APKASINDO) dan Rektor Universitas Terbuka di Jakarta, belum lama ini. Dalam kesempatan tersebut, APKASINDO mendorong UT untuk segera bergabung sebagai mitra Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDP) guna mempercepat pelaksanaan program beasiswa.
Ketua Umum DPP APKASINDO, Gulat ME Manurung, menegaskan bahwa sistem perkuliahan jarak jauh yang dimiliki UT menjadi solusi ideal bagi masyarakat sawit yang tersebar di berbagai wilayah.
“SDM Sawit sangat membutuhkan Universitas Terbuka. Model pembelajaran online UT memungkinkan anak-anak petani tetap bisa kuliah tanpa meninggalkan kampung halaman,” ujarnya.
Mulai tahun depan, APKASINDO berencana menggelar sosialisasi program studi UT di 25 provinsi agar semakin banyak generasi muda sawit yang dapat memanfaatkan peluang ini, baik melalui jalur beasiswa maupun jalur mandiri. Upaya ini juga merupakan tindak lanjut dari arahan Dewan Pembina APKASINDO untuk melibatkan kampus-kampus besar dan vokasi dalam mendukung Asta Cita Presiden Prabowo Subianto menuju Indonesia Emas 2045, melalui peningkatan kapasitas dan daya saing SDM perkebunan.
Rektor UT, Prof Ali menyambut baik kerja sama tersebut. Sebagai Perguruan Tinggi Negeri Badan Hukum (PTN-BH) yang telah berpengalaman lebih dari empat dekade, UT siap menjadi mitra strategis dalam mencetak SDM sawit yang berkompeten dan adaptif terhadap perkembangan industri.
“UT sudah terakreditasi A dan memiliki program studi yang relevan dengan kebutuhan sektor sawit, seperti Agribisnis, Akuntansi, hingga bidang manajemen. Kami segera membentuk tim percepatan agar dapat resmi menjadi mitra BPDPKS dan Ditjen Perkebunan mulai 2026,” ungkapnya.
Sistem pendidikan terbuka dan fleksibel yang diterapkan UT menjadi keunggulan tersendiri. Mahasiswa dapat belajar dari mana saja dan kapan saja, tanpa terkendala jarak dan waktu. Bagi anak-anak petani, hal ini bukan hanya menghemat biaya hidup, tetapi juga memungkinkan mereka untuk tetap berkontribusi pada ekonomi keluarga sambil menempuh pendidikan tinggi.
Lebih dari sekadar program beasiswa, kerja sama ini mencerminkan komitmen UT dalam mendukung Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), terutama SDG 4 (Pendidikan Berkualitas) dan SDG 8 (Pekerjaan Layak dan Pertumbuhan Ekonomi). Melalui pembelajaran jarak jauh yang inklusif, UT berperan aktif dalam membuka akses pendidikan tinggi bagi semua kalangan, sekaligus menyiapkan tenaga kerja terampil yang mampu memperkuat sektor strategis nasional seperti perkebunan sawit.
Dengan langkah ini, Universitas Terbuka tidak hanya menjadi kampus yang memfasilitasi pembelajaran jarak jauh, tetapi juga menjadi agen pemerataan pendidikan dan penggerak kemajuan ekonomi berbasis pengetahuan—sebuah kontribusi nyata menuju Indonesia yang lebih berdaya, mandiri, dan berkelanjutan.